1.
Mengenal
teknik subnetting
Misalkan
disebuah perusahaan memiliki 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting
maka semua computer tersebut dapat ita hubungkan dalam satu jaringan tunggal
dengan perincian sebagai berikut.
Misalkan kita
gunakan IP address Private kelas C dengan subnetmask defaultnya yaitu
255.255.255.0, sehingga perinciannya sebagai berikut :
a. Network Perusahaan
Alamat jaringan :
192.168.1.0
Host pertama :
192.168.1.1
Host terakhir :
192.168.1.254
Broadcast address :
192.168.255
Misalkan diperusahaan tersebut terdapat dua divisi
yang berbeda sehingga kita akan memecah network tersebut menjadi dua buah
subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet mask
255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda tergantung berapa subnetwork
yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan
perincian sebagai berikut :
Network Divisi
Finance
Alamat jaringan/subnet finance : 192.168.1.0
Host pertama :
192.168.1.1
Host terakhir :
192.168.1.126
Broadcast address :
192.168.1.127
Network devisi
IT
Alamat jaringan/subnet finance : 192.168.1.128
Host pertama :
192.168.1.129
Host terakhir :
192.168.1.254
Broadcast address :
192.168.1.255
Dengan demikian dengan
teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network
maksimal terdiri dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari
subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga
meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki
agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling
berkomunikasi maka kita harus menggunakan Router.
Analogi:
Ada sebuah jalan bernama Gatot Subroto
terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah
Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah
di wilayah Jl. Gatot Subroto.
Ketika rumah di wilayah itu makin
banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah
kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang
diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri.
Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi
transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam
mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:
Konsep seperti inilah sebenarnya konsep
subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya
suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing
divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi
dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu
network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl
Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah
seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan
Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas
mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.
Masih mengikuti analogi jalan diatas,
kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang
adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.
SUBNET MASK
Terus apa itu SUBNET MASK?
Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi
jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang
berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua
itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang
saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT,
atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki
subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP
Address adalah sbb:
Subnetmask diperlukan oleh TCP/IP untuk
menentukan apakah suatu jaringan yang dimaksud adalah termasuk jaringan lokal
atau non lokal.
Network ID dan host ID di dalam IP
address dibedakan oleh penggunaan subnet mask. Masing-masing subnet mask
merupakan pola nomor 32-bit yang merupakan bit groups dari semua (1) yang
menunjukkan network ID dan semua nol (0) menunjukkan host ID dari porsi IP
address.
Subnetmask
default untuk masing-masing kelas A, B, C dalam biner
Jangan bingung
membedakan antara subnet mask dengan IP address. Sebuah subnet mask tidak
mewakili sebuah device atau network di internet. Subnet mask digunakan untuk
menandakan bagian mana dari IP address yang digunakan untuk menentukan network
ID. Anda dapat langsung dengan mudah mengenali subnet mask, karena octet
pertama pasti 255, oleh karena itu 255 bukanlah octet yang valid untuk IP
address class.
Terdapat aturan-aturan dalam
membuat Subnet Mask:
1.
Angka minimal untuk network ID
adalah 8 bit. Sehingga, oktet pertama dari subnet pasti 255.
2.
Angka maksimal untuk network ID
adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk
mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk
network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan
bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID
yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0
digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan
31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1
digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri)
maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID
adalah 30 bit.
3.
Karena network ID selalu disusun
oleh deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap
octet subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan
nilai-nilai yang berasal dari 8 bit.
Subnetmask
biner dan desimal
Penghitungan
subnetting
Penghitungan subnetting bisa dilakukan
dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih
cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di
empat masalah yaitu:
§ Jumlah
Subnet,
§ Jumlah
Host per Subnet,
§ Blok
Subnet,
§ Alamat
Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah
dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24 artinya
bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa
seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask
diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah:
11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut
dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali
tahun 1992 oleh IEFT.
Subnet
Mask yang digunakan untuk melakukan subnetting
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet
Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab
dengan tabel di bawah:
|
|
SUBNETTING
PADA IP ADDRESS CLASS C
Subnetting seperti apa yang terjadi
dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C
dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000
(255.255.255.192).
Penghitungan:
1.
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah
banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk
kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4
subnet
2.
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2,
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet
terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3.
Blok Subnet = 256 – 192 (nilai
oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan
128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4.
Bagaimana dengan alamat host dan
broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host
pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum
subnet berikutnya.
Subnet
|
192.168.1.0
|
192.168.1.64
|
192.168.1.128
|
192.168.1.192
|
Host Pertama
|
192.168.1.1
|
192.168.1.65
|
192.168.1.129
|
192.168.1.193
|
Host Terakhir
|
192.168.1.62
|
192.168.1.126
|
192.168.1.190
|
192.168.1.254
|
Broadcast
|
192.168.1.63
|
192.168.1.127
|
192.168.1.191
|
192.168.1.255
|
Kita sudah selesaikan subnetting untuk
IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain,
dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk
subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung
seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
|
Nilai CIDR
|
255.255.255.128
|
/25
|
255.255.255.192
|
/26
|
255.255.255.224
|
/27
|
255.255.255.240
|
/28
|
255.255.255.248
|
/29
|
255.255.255.252
|
/30
|
SUBNETTING
PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan
subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan
untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi
dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama
untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24
caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita
masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di
oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita
“mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju
(coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
|
|
Ok, kita coba dua soal untuk kedua
teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask
dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B,
dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000
(255.255.192.0).
Penghitungan:
1.
Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah
banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4
subnet
2.
Jumlah Host per Subnet = 2y – 2,
dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet
terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
3.
Blok Subnet = 256 – 192 = 64.
Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya
adalah 0, 64, 128, 192.
4.
Alamat host dan broadcast yang
valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.64.0
|
172.16.128.0
|
172.16.192.0
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.64.1
|
172.16.128.1
|
172.16.192.1
|
Host Terakhir
|
172.16.63.254
|
172.16.127.254
|
172.16.191.254
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.63.255
|
172.16.127.255
|
172.16.191.255
|
172.16..255.255
|
Berikutnya kita coba satu lagi untuk
Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh
network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1.
Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
2.
Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 =
126 host
3.
Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi
lengkapnya adalah (0, 128)
4.
Alamat host dan broadcast yang
valid?
Subnet
|
172.16.0.0
|
172.16.0.128
|
172.16.1.0
|
…
|
172.16.255.128
|
Host Pertama
|
172.16.0.1
|
172.16.0.129
|
172.16.1.1
|
…
|
172.16.255.129
|
Host Terakhir
|
172.16.0.126
|
172.16.0.254
|
172.16.1.126
|
…
|
172.16.255.254
|
Broadcast
|
172.16.0.127
|
172.16.0.255
|
172.16.1.127
|
…
|
172.16.255.255
|
SUBNETTING
PADA IP ADDRESS CLASS A
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address
10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A,
dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000
(255.255.0.0).
Penghitungan:
1.
Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2.
Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 =
65534 host
3.
Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi
subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4.
Alamat host dan broadcast yang
valid?
Subnet
|
10.0.0.0
|
10.1.0.0
|
…
|
10.254.0.0
|
10.255.0.0
|
Host Pertama
|
10.0.0.1
|
10.1.0.1
|
…
|
10.254.0.1
|
10.255.0.1
|
Host Terakhir
|
10.0.255.254
|
10.1.255.254
|
…
|
10.254.255.254
|
10.255.255.254
|
Broadcast
|
10.0.255.255
|
10.1.255.255
|
…
|
10.254.255.255
|
10.255.255.255
|
Semua penghitungan subnet diatas
berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara
default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah
mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005
tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa
mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam
beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan
rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2.
Setelah berkenalan dengan IP Address
pada subnetting dan belajar dasar-dasarnya tentang Subnetting Kelas C,
Subnetting Kelas B dan Subnetting Kelas A. Tentunya mudah untuk melakukan
penghitungan terhadap IP 192.168.10.1/27, meliputi berapa subnetnya, berapa
hostnya, subnet masknya, dll.
ReplyDeleteTerima kasih artikel nya sangat bermanfaat.baca juga artikel pengertian ip,fungsi ip jenis/kelas ip
Kalian bisa membaca nya dengan mengklik link tersebut