Pengertian Routing, Routing Table dan Routing Protocol

Router adalah sebuah alat yang mengirimkan paket data melalui sebuah jaringan atau internet menuju tujuannya, melalui sebuah proses yang dikenal dengan routing.

Routing adalah proses memilih jalur (path) yang harus dilalui oleh paket. Jalur yang baik tergantung pada beban jaringan, panjang datagram, type of service requested, dan pola traffic, pada umumnya skema routing hanya mempertimbangkan jalur terpendek (the shortest path).

Terdapat 2 bentuk routing, yaitu :
-        Direct routing : paket dikirimkan dari satu device ke device yang lain secara langsung (host berada  pada jaringan fisik yang sama) sehingga tidak melalui device lain atau gateway.
-         Indirect routing : paket yang dikirimkan dari satu device ke device yang lain tidak secara langsung terhubung (berbeda jaringan) sehingga paket akan melewati satu atau lebih gateway atau network yang lain sebelum sampai pada end device.

Routing table
Router merekomendasikan jalur yang akan dilewati oleh sebuah paket berdasarkan informasi yang terdapat pada routing table.
Informasi yang terdapat pada routing table dapat diperoleh secara static melalui perantara administrator dengan cara mengisi routing table secara manual ataupun secara dynamic routing menggunakan protocol routing agar dapat mengetahui alamat tujuan dan dapat memelihara routing table.
Routing table pada umumnya terdapat bebrapa informasi yaitu :
-         Alamat tujuan network
-         Interface router yang terdekat dengan network tujuan
-     Metric, yaitu sebuah nilai yang menunjukan jarak untuk mencapai network tujuan. Metric tersebut menggunakan teknik berdasarkan jumlah lompatan (hop count).

Routed protocol dan Routing Protocol

Routed protocol adalah protocol yang diroutingkan maksudnya adalah protocol protocol yang dapat di rute kan oleh sebuah router, jadi protocol ini tidak digunakan untuk membuild routing table, melainkan untuk addressing atau pengalamatan. Karena digunakan untuk addressing maka yang menggunakan royted protocol ini adalah end device (PC, Laptop, mobile phone, desktop, mac, dll) router akan membaca informasi dari protocol ini sebagai dasar untuk memforward paket. Contoh routed protocol yaitu : IP NetBeUI, IPX, Apple Talk, dan DECNet .


Routing protocol adalah protocol untuk merouting. Routing protocol digunakan oleh router router untuk memelihara atau meng update routing table. Pada dasarnya sebuah routing protocol menentukan jalur (path) yang dilalu sebuah paket melalui sebuah internetwork. Contoh dari routing protocol yaitu : OSPF, BGP, EIGRP, IGRP, RIP. 

Pengertian DHCP Fungsi DHCP dan Cara Kerjanya

Dynamic Host Control Protocol atau sering disingkat DHCP adalah protocol Client-Server           yang digunakan untuk memberikan IP address kepada computer client/perankat jaringan secara otomatis.

Alasan mengapa DHCP banaya diterapkan karena kemudahannya dalam memberikan IP address kepada koputer atau perangkat lain. Secara otomatis jadikan tidak perlu memberikan IP address satu satu pada computer atau perangkat jaringan lain.

DHCP server tidak hanya memberikan alamat IP saja, tetapi juga memberikan netmask, hostname, domain name, DNS, dan alamat gatewaynya juga. Selain itu DHCP server juga dapat memberikan parameter lain seperti time server dan lain sebagainya.

Dengan begini seorang admin server tidak perlu lagi berusaha payah memberikan alamat IP kepada setiap computer clieny yang ingin terhubung dengan jaringan. Lalu bagaimana dengan puluhan computer atau bahkan ratusan?

Perbedaan DHCP client dan DHCP server
Dalam layanan DHCP, ada dua istilah yang perlu anda ketahui yaitu DHCP client dan DHCP server. Terus apa perbedaan diantara keduanya?
Computer yang bertugas memberikan IP address kepada Client secara otomatis disebut DHCP server, sedangkan computer yang menerima IP address dan meminta IP address disebut DHCP client.

Bagaimana cara kerja DHCP ?
Pada saat user menghidupkan komputernya dan menghubungkannya dengan server yang menggunakan layanan DHCP, maka computer tersebut secara otomatis meminta (request) IP address ke server. Kemudian server menjawab permintaan computer user tersebut dan memberikannya sebuah IP address.





Untuk lebih jelas mengenai cara kerja DHCP, anda bisa menyimak proses proses yang terjadi pada layanan DHCP sebagai berikut :


IP Lease Request
Komputer client meminta IP address ke DHCP server
IP Lease Offers
DHCP server yang memiliki list IP address memberikan penawaran kepada computer client
IP Lease Selection
Computer client memilih atau menseleksi penawaran yang pertama kali diberikan DHCP server, kemudian melakukan broadcast dengan mengirim pesan bahwa computer client menyetujui penawaran tersebut.
IP Lease Acknowledgment
Pada tahap ini DHCP server menerima pesan tersebut dan mengirim suatu paket acknowledge (DHCP ACK) kepada client.
Paket tersebut berisi berapa lama computer client bisa menggunakan IP address tersebut (yang diberikan DHCP server) beserta konfigurasi lainnya. Dan computer client pun dapat terhubung ke jaringan.

Keuntungan menggunakan layanan DHCP
-        Tidak perlu memberikan / mengkonfigurasi IP address kepada client satu persatu
-         Mencegah terjadinya IP conflict yang biasa terjadi pada suatu jaringan
-      Dengan layanan DHCP, computer client dapat menggunakan alamat IP dalam jangka waktu tertentu (tergantung pemberian server).
-      Computer client dapat menggunakan suatu alamat IP yang tidak dipakai oleh computer client yang   lain
-    Selain itu dengan adanya DHCP, kiata dapat mengintegrasikan suatu mesin (host) ke dalam suatu jaringan, karena nantinya mesin tersebut akan mendapat alamat IP juga melalui poolong yang telah dibuat oleh server.

Jadi sedikit kesimpulan dari tulisan networkingibo mengenai DHCP adalah, DHCP merupakan sebuah protocol client-server digunakan untuk memberikan IP address pada client secara otomatis.
Terdapat empat proses yang terjadi pad acara kerja DHCP server yaitu IP lease request, IP lease offer, IP lease selection, dan IP lease acknowledgement.




Pengertian VLAN


Pada kesempatan ini networkingibo akan membahas lagi mengenai dasar dasar networking seperti VLAN yang sudah biasa di konfigurasi oleh seorang network engineer agar suatu switch bisa digunakan untuk membagi network yang berbeda dalam satu jaringan local. Seperti kita ketahui bahwa switch tidak bisa membaca layer 3 sehingga tidak bisa membaca network sehingga hanya dihubungkan dalam satu network saja.
Dengan dikeluarkannya VLAN maka sangat bermanfaat sekali untuk kemajuan pembagian network agar leih efisien. Pengertian dari VLAN sendiri yaitu suatu model jaringan yang tidak terbatas pada lokasi fisik seperti LAN, hal ini mengakibatkan suatu network dapat dikofigurasi secara virtual tanpa harus menuruti lokasi fisik dari device yang digunakan. Penggunaan VLAN akan membuat pengaturan jaringan menjadi sangat fleksibel karena dapat dibuat segmen bergantung pada organisasi tanpa bergantung pada lokasi workstation.



Vlan diciptakan untuk menyediakan layanan segmentasi secara traditional disediakan oleh router di konfigurasi LAN. VLAN menangani masalah masalah seperti skalabilitas, keamanan, dan management jaringan.

Kegunaan VLAN
-          Meminimalisir kemungkinan terjadinya konflik IP yang terlalu banyak
-          Mencegah terjadinya collision domain
-          Mengurangi tingkat vulnerabilities



Cara Kerja VLAN
VLAN diklasifikasikan berdasarkan metode (type) yang digunakan untuk mengklasifikasikannya, baik itu menggunakan port, MAC Address, dsb. Semua informasi yang mengandung penandaan atau pengalamatan suatu VLAN (tagging) disimpan pada suatu database, jika penendaanya berdasarkan port yang digunakan maka database harus mengindikasi port port yang digunakan VLAN.
Untuk mengaturnya biasanya digunakan switch yang bisa diatur. Switch/bridge inilah yang mbertanggung jawab menyimpan semua informasi dan konfigurasi suatu VLAN dan dipastikan semua switch memiliki informasi yang sama.
VLAN Cross Connect (CC) adalah mekanisme yang digunakan untuk membuat VLAN switched, VLAN CC menggunakan frame IEEE 802.1a dimana tag S digunakan sebagai label seperti dalam MPLS. IEEE menyetujui menggunakan mekanisme dalam nominal 6,11 dari IEEE 802.1ad-2005.
Kesimpulannya, VLAN membuat kita dapat mengontrol pola lalu lintas dan bereaksi cepat untuk relokasi. VLAN memberikan flexsibilitas untuk beradaptasi dengan perubahan dalam persyaratan jaringan dan memungkinkan untuk administrasi disederhanakan.

Kelemahan dari VLAN
-          Secara logika berbeda network tapi secara fisik satu network
-          Ketika ada broadcast jadi semua akan dikirim ke semua
-          Ketika banyak jumlah host nya maka kerja DHCP akan berantakan dan tidak bisa diduga.


Kenapa harus menggunakan VLAN
-          Jika dalam jumlah yang banyak dalam satu network maka akan mudah terganggu (gampang dihack)
-          Keamanan menjadi baik karena fisik satu network tapi logic berbeda network
-          Masalah kebutuhan
-          Router kerjanya lebih lambat disbanding switch
-          Dengan VLAN broadcast akan dibatasi
-        Untuk membedakan VLAN satu dengan VLAN yang lain menggunakan VLAN ID, contohnya port 1-5 VLAN1, port 6-10 VLAN10
-          VLAN dengan bentuk number angka, contohnya VLAN10->Finance

Jenis jenis VLAN dalam Switch
-        VLAN default : VLAN yang sudah ada secara default pada switch tersebut sebelum dikonfigurasi oleh kita, seperti contoh pada Switch Juniper VLAN 1 adalah VLAN default.
-          Data VLAN : VLAN yang digunakan oleh user.
-       VLAN VoIP : VLAN yang dikhususkan untuk komunikasi suara dan memberikan prioritas utama pada Voice disbanding datanya.
-   VLAN Native : Native VLAN dikeluarkan untuk port trunking 802.1Q. port trunking 802.1Q mendukung lalu lintas yang datang dari banyak VLAN (tagged traffic) sama baiknya datang dari sebuah VLAN (untagged traffic). Port trunking 802.1Q menempatkan satu untagged traffic pada native VLAN
-          VLAN Management : adalaah VLAN yang di konfigurasi untuk management switch. VLAN 1 akan bekerja sebagai management VLAN jika kita mendefinisikan secara khusus VLAN management. Kita dapat memberi IP address dan subnetmask pada VLAN Management sehingga switch dapat dikelola dengan cara SSH, Telnet, HTTP, dan SNMP.

Jalur VLAN
-          Tradisional yang mempunyai banyak jalur.
-      Trunk yaitu VLAN yang mempunyai satu jalur namun didalam nya terdapat lebih dari satu VLAN yang lewat.


Port yang biasa digunakan
-         Port Access : port yang menghubungkan langsung ke end device dari switch.
-   Port Trunk : port yang menghubungkan ke Switch lain atau juga ke perangkat yang lain yang melewatkan lebih dari satu VLAN.


Naha sekarang kita sudah mengetahui apa itu VLAN, fungsi dari VLAN dan bagaimana VLAN dapat bekerja, sekarang adalah tahap untuk implementasi atau bagaimana cara membuat VLAN pada switch yang akan kita konfigurasi, sebagai contoh disini networkingibo akan memperlihatkan sebuah video bagaimana cara membuat VLAN pada switch HP dengan OS versi Comware.



Contoh Proses Subnetting IP Address



1.       Mengenal teknik subnetting
Misalkan disebuah perusahaan memiliki 200 komputer (host). Tanpa menggunakan subnetting maka semua computer tersebut dapat ita hubungkan dalam satu jaringan tunggal dengan perincian sebagai berikut.
Misalkan kita gunakan IP address Private kelas C dengan subnetmask defaultnya yaitu 255.255.255.0, sehingga perinciannya sebagai berikut :

a.       Network Perusahaan
Alamat jaringan        : 192.168.1.0
Host pertama            : 192.168.1.1
Host terakhir              : 192.168.1.254
Broadcast address   : 192.168.255

Misalkan diperusahaan tersebut terdapat dua divisi yang berbeda sehingga kita akan memecah network tersebut menjadi dua buah subnetwork, maka dengan teknik subnetting kita akan menggunakan subnet mask 255.255.255.128 (nilai subnet mask ini berbeda tergantung berapa subnetwork yang akan kita buat) sehingga akan menghasilkan 2 buah blok subnet, dengan perincian sebagai berikut :

Network Divisi Finance
Alamat jaringan/subnet finance        : 192.168.1.0
Host pertama                                            : 192.168.1.1
Host terakhir                                              : 192.168.1.126
Broadcast address                                   : 192.168.1.127

Network devisi IT
Alamat jaringan/subnet finance        : 192.168.1.128
Host pertama                                            : 192.168.1.129
Host terakhir                                              : 192.168.1.254
Broadcast address                                   : 192.168.1.255


Dengan demikian dengan teknik subnetting akan terdapat 2 buah subnetwork yang masing-masing network maksimal terdiri dari 125 host (komputer). Masing-masing komputer dari subnetwork yang berbeda tidak akan bisa saling berkomunikasi sehingga meningkatkan security dan mengurangi terjadinya kongesti. Apabila dikehendaki agar beberapa komputer dari network yang berbeda tersebut dapat saling berkomunikasi maka kita harus menggunakan Router.




Analogi:
Ada sebuah jalan bernama Gatot Subroto terdiri dari beberapa rumah bernomor 01-08, dengan rumah nomor 08 adalah rumah Ketua RT yang memiliki tugas mengumumkan informasi apapun kepada seluruh rumah di wilayah Jl. Gatot Subroto.

Ketika rumah di wilayah itu makin banyak, tentu kemungkinan menimbulkan keruwetan dan kemacetan. Karena itulah kemudian diadakan pengaturan lagi, dibuat gang-gang, rumah yang masuk ke gang diberi nomor rumah baru, masing-masing gang ada Ketua RTnya sendiri-sendiri. Sehingga ini akan memecahkan kemacetan, efiesiensi dan optimalisasi transportasi, serta setiap gang memiliki previledge sendiri-sendiri dalam mengelola wilayahnya. Jadilah gambar wilayah baru seperti di bawah:

Konsep seperti inilah sebenarnya konsep subnetting itu. Disatu sisi ingin mempermudah pengelolaan, misalnya suatu kantor ingin membagi kerja menjadi 3 divisi dengan masing-masing divisi memiliki 15 komputer (host). Disisi lain juga untuk optimalisasi dan efisiensi kerja jaringan, karena jalur lalu lintas tidak terpusat di satu network besar, tapi terbagi ke beberapa ruas-ruas gang. Yang pertama analogi Jl Gatot Subroto dengan rumah disekitarnya dapat diterapkan untuk jaringan adalah seperti NETWORK ADDRESS (nama jalan) dan HOST ADDRESS (nomer rumah). Sedangkan Ketua RT diperankan oleh BROADCAST ADDRESS (192.168.1.255), yang bertugas mengirimkan message ke semua host yang ada di network tersebut.
Masih mengikuti analogi jalan diatas, kita terapkan ke subnetting jaringan adalah seperti gambar di bawah. Gang adalah SUBNET, masing-masing subnet memiliki HOST ADDRESS dan BROADCAST ADDRESS.


SUBNET MASK



Terus apa itu SUBNET MASK? Subnetmask digunakan untuk membaca bagaimana kita membagi jalan dan gang, atau membagi network dan hostnya. Address mana saja yang berfungsi sebagai SUBNET, mana yang HOST dan mana yang BROADCAST. Semua itu bisa kita ketahui dari SUBNET MASKnya. Jl Gatot Subroto tanpa gang yang saya tampilkan di awal bisa dipahami sebagai menggunakan SUBNET MASK DEFAULT, atau dengan kata lain bisa disebut juga bahwa Network tersebut tidak memiliki subnet (Jalan tanpa Gang). SUBNET MASK DEFAULT ini untuk masing-masing Class IP Address adalah sbb:

Subnetmask diperlukan oleh TCP/IP untuk menentukan apakah suatu jaringan yang dimaksud adalah termasuk jaringan lokal atau non lokal.
Network ID dan host ID di dalam IP address dibedakan oleh penggunaan subnet mask. Masing-masing subnet mask merupakan pola nomor 32-bit yang merupakan bit groups dari semua (1) yang menunjukkan network ID dan semua nol (0) menunjukkan host ID dari porsi IP address.
 Subnetmask default untuk masing-masing kelas A, B, C dalam biner



Jangan bingung membedakan antara subnet mask dengan IP address. Sebuah subnet mask tidak mewakili sebuah device atau network di internet. Subnet mask digunakan untuk menandakan bagian mana dari IP address yang digunakan untuk menentukan network ID. Anda dapat langsung dengan mudah mengenali subnet mask, karena octet pertama pasti 255, oleh karena itu 255 bukanlah octet yang valid untuk IP address class.

                Terdapat aturan-aturan dalam membuat Subnet Mask:
1.       Angka minimal untuk network ID adalah 8 bit. Sehingga, oktet pertama dari subnet pasti 255.
2.       Angka maksimal untuk network ID adalah 30 bit. Anda harus menyisakan sedikitnya 2 bit untuk host ID, untuk mengizinkan paling tidak 2 host. Jika anda menggunakan seluruh 32 bit untuk network ID, maka tidak akan tersisa untuk host ID. Ya, pastilah nggak akan bisa. Menyisakan 1 bit juga tidak akan bisa. Hal itu disebabkan sebuah host ID yang semuanya berisi angka 1 digunakan untuk broadcast address dan semua 0 digunakan untuk mengacu kepada network itu sendiri. Jadi, jika anda menggunakan 31 bit untuk network ID dan menyisakan hanya 1 bit untuk host ID, (host ID 1 digunakan untuk broadcast address dan host ID 0 adalah network itu sendiri) maka tidak akan ada ruang untuk host sebenarnya. Makanya maximum network ID adalah 30 bit.
3.       Karena network ID selalu disusun oleh deretan angka-angka 1, hanya 9 nilai saja yang mungkin digunakan di tiap octet subnet mask (termasuk 0). Tabel berikut ini adalah kemungkinan nilai-nilai yang berasal dari 8 bit.
Subnetmask biner dan desimal


Penghitungan subnetting
Penghitungan subnetting bisa dilakukan dengan dua cara, cara binary yang relatif lambat dan cara khusus yang lebih cepat. Pada hakekatnya semua pertanyaan tentang subnetting akan berkisar di empat masalah yaitu:
§  Jumlah Subnet,
§  Jumlah Host per Subnet,
§  Blok Subnet,
§  Alamat Host- Broadcast.
Penulisan IP address umumnya adalah dengan 192.168.1.2. Namun adakalanya ditulis dengan 192.168.1.2/24 artinya bahwa IP address 192.168.1.2 dengan subnet mask 255.255.255.0. Lho kok bisa seperti itu? Ya, /24 diambil dari penghitungan bahwa 24 bit subnet mask diselubung dengan binari 1. Atau dengan kata lain, subnet masknya adalah: 11111111.11111111.11111111.00000000 (255.255.255.0). Konsep ini yang disebut dengan CIDR (Classless Inter-Domain Routing) yang diperkenalkan pertama kali tahun 1992 oleh IEFT.

Subnet Mask yang digunakan untuk melakukan subnetting
Pertanyaan berikutnya adalah Subnet Mask berapa saja yang bisa digunakan untuk melakukan subnetting? Ini terjawab dengan tabel di bawah:


Subnet Mask
Nilai CIDR
255.128.0.0
/9
255.192.0.0
/10
255.224.0.0
/11
255.240.0.0
/12
255.248.0.0
/13
255.252.0.0
/14
255.254.0.0
/15
255.255.0.0
/16
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS C
Subnetting seperti apa yang terjadi dengan sebuah NETWORK ADDRESS 192.168.1.0/26?
Analisa: 192.168.1.0 berarti kelas C dengan Subnet Mask /26 berarti 11111111.11111111.11111111.11000000 (255.255.255.192).
Penghitungan:
1.       Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada oktet terakhir subnet mask (2 oktet terakhir untuk kelas B, dan 3 oktet terakhir untuk kelas A). Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2.       Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada oktet terakhir subnet. Jadi jumlah host per subnet adalah 26 – 2 = 62 host
3.       Blok Subnet = 256 – 192 (nilai oktet terakhir subnet mask) = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4.       Bagaimana dengan alamat host dan broadcast yang valid? Kita langsung buat tabelnya. Sebagai catatan, host pertama adalah 1 angka setelah subnet, dan broadcast adalah 1 angka sebelum subnet berikutnya.




Subnet
192.168.1.0
192.168.1.64
192.168.1.128
192.168.1.192
Host Pertama
192.168.1.1
192.168.1.65
192.168.1.129
192.168.1.193
Host Terakhir
192.168.1.62
192.168.1.126
192.168.1.190
192.168.1.254
Broadcast
192.168.1.63
192.168.1.127
192.168.1.191
192.168.1.255
Kita sudah selesaikan subnetting untuk IP address Class C. Dan kita bisa melanjutkan lagi untuk subnet mask yang lain, dengan konsep dan teknik yang sama. Subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class C adalah seperti di bawah. Silakan anda coba menghitung seperti cara diatas untuk subnetmask lainnya.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS B
Berikutnya kita akan mencoba melakukan subnetting untuk IP address class B. Pertama, subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class B adalah seperti dibawah. Sengaja saya pisahkan jadi dua, blok sebelah kiri dan kanan karena masing-masing berbeda teknik terutama untuk oktet yang “dimainkan” berdasarkan blok subnetnya. CIDR /17 sampai /24 caranya sama persis dengan subnetting Class C, hanya blok subnetnya kita masukkan langsung ke oktet ketiga, bukan seperti Class C yang “dimainkan” di oktet keempat. Sedangkan CIDR /25 sampai /30 (kelipatan) blok subnet kita “mainkan” di oktet keempat, tapi setelah selesai oktet ketiga berjalan maju (coeunter) dari 0, 1, 2, 3, dst.
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.128.0
/17
255.255.192.0
/18
255.255.224.0
/19
255.255.240.0
/20
255.255.248.0
/21
255.255.252.0
/22
255.255.254.0
/23
255.255.255.0
/24
Subnet Mask
Nilai CIDR
255.255.255.128
/25
255.255.255.192
/26
255.255.255.224
/27
255.255.255.240
/28
255.255.255.248
/29
255.255.255.252
/30
Ok, kita coba dua soal untuk kedua teknik subnetting untuk Class B. Kita mulai dari yang menggunakan subnetmask dengan CIDR /17 sampai /24. Contoh network address 172.16.0.0/18
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /18 berarti 11111111.11111111.11000000.00000000 (255.255.192.0).
Penghitungan:
1.       Jumlah Subnet = 2x, dimana x adalah banyaknya binari 1 pada 2 oktet terakhir. Jadi Jumlah Subnet adalah 22 = 4 subnet
2.       Jumlah Host per Subnet = 2y – 2, dimana y adalah adalah kebalikan dari x yaitu banyaknya binari 0 pada 2 oktet terakhir. Jadi jumlah host per subnet adalah 214 – 2 = 16.382 host
3.       Blok Subnet = 256 – 192 = 64. Subnet berikutnya adalah 64 + 64 = 128, dan 128+64=192. Jadi subnet lengkapnya adalah 0, 64, 128, 192.
4.       Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet
172.16.0.0
172.16.64.0
172.16.128.0
172.16.192.0
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.64.1
172.16.128.1
172.16.192.1
Host Terakhir
172.16.63.254
172.16.127.254
172.16.191.254
172.16.255.254
Broadcast
172.16.63.255
172.16.127.255
172.16.191.255
172.16..255.255

Berikutnya kita coba satu lagi untuk Class B khususnya untuk yang menggunakan subnetmask CIDR /25 sampai /30. Contoh network address 172.16.0.0/25.
Analisa: 172.16.0.0 berarti kelas B, dengan Subnet Mask /25 berarti 11111111.11111111.11111111.10000000 (255.255.255.128).
Penghitungan:
1.       Jumlah Subnet = 29 = 512 subnet
2.       Jumlah Host per Subnet = 27 – 2 = 126 host
3.       Blok Subnet = 256 – 128 = 128. Jadi lengkapnya adalah (0, 128)
4.       Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet
172.16.0.0
172.16.0.128
172.16.1.0
172.16.255.128
Host Pertama
172.16.0.1
172.16.0.129
172.16.1.1
172.16.255.129
Host Terakhir
172.16.0.126
172.16.0.254
172.16.1.126
172.16.255.254
Broadcast
172.16.0.127
172.16.0.255
172.16.1.127
172.16.255.255

SUBNETTING PADA IP ADDRESS CLASS A
Konsepnya semua sama saja. Perbedaannya adalah di OKTET mana kita mainkan blok subnet. Kalau Class C di oktet ke 4 (terakhir), kelas B di Oktet 3 dan 4 (2 oktet terakhir), kalau Class A di oktet 2, 3 dan 4 (3 oktet terakhir). Kemudian subnet mask yang bisa digunakan untuk subnetting class A adalah semua subnet mask dari CIDR /8 sampai /30.
Kita coba latihan untuk network address 10.0.0.0/16.
Analisa: 10.0.0.0 berarti kelas A, dengan Subnet Mask /16 berarti 11111111.11111111.00000000.00000000 (255.255.0.0).
Penghitungan:
1.       Jumlah Subnet = 28 = 256 subnet
2.       Jumlah Host per Subnet = 216 – 2 = 65534 host
3.       Blok Subnet = 256 – 255 = 1. Jadi subnet lengkapnya: 0,1,2,3,4, etc.
4.       Alamat host dan broadcast yang valid?

Subnet
10.0.0.0
10.1.0.0
10.254.0.0
10.255.0.0
Host Pertama
10.0.0.1
10.1.0.1
10.254.0.1
10.255.0.1
Host Terakhir
10.0.255.254
10.1.255.254
10.254.255.254
10.255.255.254
Broadcast
10.0.255.255
10.1.255.255
10.254.255.255
10.255.255.255
Semua penghitungan subnet diatas berasumsikan bahwa IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) dihitung secara default. Buku versi terbaru Todd Lamle dan juga CCNA setelah 2005 sudah mengakomodasi masalah IP Subnet-Zeroes (dan IP Subnet-Ones) ini. CCNA pre-2005 tidak memasukkannya secara default (meskipun di kenyataan kita bisa mengaktifkannya dengan command ip subnet-zeroes), sehingga mungkin dalam beberapa buku tentang CCNA serta soal-soal test CNAP, anda masih menemukan rumus penghitungan Jumlah Subnet = 2x – 2.
Setelah berkenalan dengan IP Address pada subnetting dan belajar dasar-dasarnya tentang Subnetting Kelas C, Subnetting Kelas B dan Subnetting Kelas A. Tentunya mudah untuk melakukan penghitungan terhadap IP 192.168.10.1/27, meliputi berapa subnetnya, berapa hostnya, subnet masknya, dll.